Harita Nickel : Debut Tertinggi IPO Indonesia Tahun Ini

Harita Nickel : Debut Tertinggi IPO Indonesia Tahun Ini
Harita Nickel : Debut Tertinggi IPO Indonesia Tahun Ini

 

IPO Saham Harita Nickel

Tekno Kediri – Perusahaan nikel Indonesia, Trimegah Bangun Persada yang juga dikenal sebagai Harita Nickel, dibuka lebih tinggi dalam debut perdagangannya pada hari Rabu setelah berhasil mengumpulkan dana sebesar 10 triliun rupiah (672 juta dolar AS) dalam penawaran saham terbesar di Indonesia tahun ini.

Saham dibuka pada harga 1.285 rupiah per saham, sedikit lebih tinggi dari harga penawaran saham perdana (IPO) sebesar 1.250 rupiah per saham di Bursa Efek Indonesia.

IPO Saham Harita Nickel ini datang pada saat Indonesia yang kaya akan nikel meningkatkan upayanya untuk menjadi pemain besar di industri mobil listrik. Rekan Harita Nickel, Merdeka Battery Materials dijadwalkan untuk debut di bursa saham lokal pada 18 April setelah berhasil mengumpulkan dana sebesar 8,75 triliun rupiah. ($ 1 = 14.881,0000 rupiah)

Hilirisasi Nikel, Harita Grup produksi Nikel Sulfat dan Kobalt Sulfat

Grup Harita akan memasuki tahap ekspansi hilirisasi nikel yang baru. Pada tahun ini, perusahaan patungan antara PT Trimegah Bangun Persada (TBP) dan Lygend Resources & Technology Co., Ltd (Lygend) yang dikenal sebagai PT Halmahera Persada Lygend (HPL), berencana untuk memulai produksi komersial Nikel Sulfat (NiSO4) dan Kobalt Sulfat (CoSO4).

Direktur Trimegah Bangun Persada (TBP), Tonny H. Gultom, mengatakan bahwa saat ini fasilitas produksi Nikel Sulfat sedang menjalani uji coba alias commissioning. Apabila tidak ada halangan, produksi komersial Nikel Sulfat diharapkan bisa dimulai pada bulan Mei atau paling lambat Juni 2023.

Pada saat yang sama, produksi Kobalt Sulfat diharapkan akan menyusul pada tahun yang sama.

“Diharapkan produksi komersial Kobalt Sulfat juga akan dimulai tahun ini,” kata Tonny saat diwawancarai usai acara Ngobrol Asyik di Ternate pada Senin malam (10/4).

HPL adalah sebuah perusahaan patungan milik TBP. Menurut prospektus perusahaan, TBP memiliki 45,10% saham di perusahaan ini.

Saat ini, HPL fokus pada pengolahan limonit, yaitu bijih nikel dengan kadar rendah yang dulunya dianggap tidak ekonomis untuk ditambang di industri hulu nikel. Perlu dicatat bahwa bijih saprolite biasanya memiliki kadar nikel sekitar 1,5%-3%, sementara bijih limonit memiliki kadar nikel sekitar 0,8%-1,5%.

Kedua jenis bijih tersebut menghasilkan produk hilir yang berbeda. Saprolit dapat diolah menjadi bahan baku stainless steel, sedangkan pemurnian limonit menghasilkan produk Mixed Nickel-Cobalt Hydroxide Precipitate (MHP) yang dapat diolah lebih lanjut menjadi Nikel sulfat dan Kobalt Sulfat.

Nikel Sulfat digunakan sebagai bahan prekursor katoda baterai litium atau baterai kendaraan listrik, sedangkan Kobalt Sulfat (CoSO4) digunakan sebagai bahan katoda baterai lithium.

HPL merupakan bagian dari Grup Harita yang bergerak dalam pengolahan bijih nikel limonit dan melengkapi lini usaha pengolahan bijih nikel saprolit oleh entitas lain dalam grup.

Grup Harita, melalui TBP dan Lygend, telah menginvestasikan US$1,1 miliar untuk membangun fasilitas pengolahan limonit dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL). Fasilitas ini telah menghasilkan produksi ratusan ribu metrik ton per tahun Mixed Nickel-Cobalt Hydroxide Precipitate (MHP).

Setelah ekspansi fasilitas HPAL selesai, kegiatan pemurnian limonit dalam rantai produksi fasilitas HPAL perusahaan bakal maju selangkah lebih jauh. MHP yang dihasilkan bisa diproses lebih lanjut menjadi produk turunan, yaitu Nikel Sulfat dan Kobalt Sulfat.

IPO Saham Harita Nickel

Menurut rencana perusahaan, kapasitas produksi terpasang Nikel Sulfat HPL akan mencapai 160.000 ton per tahun pada fase 1, dengan tambahan kapasitas 80.000 ton per tahun pada fase 2. Sementara itu, kapasitas produksi terpasang Kobalt Sulfat HPL akan mencapai 30.000 ton per tahun saat beroperasi.

Tonny mengungkapkan optimisme TBP terhadap penyerapan output Nikel Sulfat dan Kobalt Sulfat di pasar. Ia mengatakan bahwa TBP telah memiliki off-taker, dan meskipun sekarang pembeli utamanya berasal dari China, TBP akan selalu menawarkan harga terbaik dan tetap terbuka terhadap pasar lain.

Dalam hal sumber pendanaan ekspansi, Tonny mengonfirmasi bahwa sebagian dana berasal dari utang. Ia juga mengakui bahwa TBP akan menggunakan sebagian dana segar untuk membayar utang tersebut. Menurutnya, investasi senilai US$ 1,1 miliar untuk ekspansi proyek HPAL hampir mencapai 100% realisasi dan hampir seluruhnya sudah hampir selesai dibangun.

Sebagaimana diketahui, PT TBP telah menawarkan sebanyak 7,99 miliar saham baru dalam Initial Public Offering (IPO) dengan harga penawaran Rp 1.250 per lembar saham. Proses penawaran umum perdana saham ini telah selesai pada Senin, 10 April 2023, setelah dilaksanakan selama lima hari sejak tanggal 5 April 2023. Menurut prospektus yang diterbitkan, TBP telah melakukan distribusi saham secara elektronik pada Selasa, 11 April 2023, dan akan melakukan pencatatan efek di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari Rabu, 12 April 2023.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menyatakan bahwa proses hilirisasi komoditas memiliki manfaat yang besar. Dengan meningkatkan nilai tambah, sebuah komoditas akan menjadi lebih tangguh dalam menghadapi fluktuasi harga global suatu komoditas. Josua juga menilai bahwa hilirisasi nikel bisa memacu pertumbuhan ekonomi dalam perspektif makro. Sebagai contoh, ia menunjukkan kinerja pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Maluku Utara pada tahun 2022 sebesar 23,4%, yang didorong oleh industri hilirisasi nikel di sana.